Jumat, 09 Mei 2014

Flu Arab atau MERS-CoV, Pencegahan dan Penanganannya


Flu Arab atau MERS-CoV, Pencegahan dan Penanganannya

MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) disebabkan oleh infeksi virus Corona, salah satu jenis virus yang masih berkerabat dengan virus penyebab SARS.  Gejalanya pun tak jauh berbeda dengan penyakit SARS, dengan indikasi utama seperti demam, bersin, dan batuk, yang akhirnya berujung pada kematian akibat beberapa komplikasi serius yang terjadi seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multiorgan, gagal ginjal, koagulopati konsumtif, dan perikarditis serta pneumonia berat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan mengenai bahaya MERS (Middle East Respiratory Syndrome). WHO menyebutkan lebih dari 250 orang dipastikan terinfeksi dan 93 orang meninggal dunia. Tetapi pemerintah Arab Saudi menyebutkan jumlah kasus yang lebih besar dengan jumlah kasus mencapai 300 dan 100 orang meninggal. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi

Pernyataan WHO pada 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee mengenai MERS CoV menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar namun belum terjadi kejadian darurat kesehatan masyarakat. Status darurat kesehatan atau “Public health emergency of international concern” (PHEIC) akan diberikan jika virus tersebut meluas ke negara-negara lain namun sejak dilaporkan munculnya virus tersebut pada September 2012-1 Agustus 2013 semua kasus tersebut masih berhubungan dengan negara-negara di Jazirah Arab, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jumlah kasus MERS-CoV yang terkonfirmasi sebanyak 94 kasus dan meninggal 47 orang dengan sembilan negara yang melaporkan kasus ini yaitu Prancis, Italia, Yordania, Qatar, Arab Saudi, Tunisia, Jerman, Inggris dan Uni Emirat Arab. Dengan persentase kematian (CFR/Case Fatality Rate) mencapai 50 persen, MERS-CoV menjadi salah satu ancaman terutama menjelang musim haji.
Virus ini berbeda dengan coronavirus lain yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga kelompok studi corona virus dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan bahwa novel corona virus tersebut dinamakan sebagai MERS-Cov. Virus ini tidak sama dengan corona virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), namun mirip dengan corona virus yang terdapat pada kelelawar.
Pada kurun waktu tiga bulan, sejak April s.d Juni 2013, jumlah infeksi MERS-Cov di dunia tercatat sebanyak 64 kasus (Saudi Arabia 49 kasus, Italia 3 kasus, United Kingdom 3 kasus, Perancis 2 kasus, Jordania 2 kasus, Qatar 2 kasus, Tunisia 2 kasus, dan Uni Emirat Arab 1 kasus) dengan 38 kematian.
Koronavirus adalah virus dari famili coronavida yang bisa menyebabkan berbagai macam penyakit. Koronavirus terbagi menjadi tiga golongan. Golongan satu dan dua yang menginfeksi mamalia, dan golongan tiga yang menginfeksi burung. Penyakit yang disebabkan oleh koronavirus sangat bervariasi, mulai dari flu biasa hingga penyakit pernapasan yang mematikan seperti SARS dan MERS.
MERS merupakan koronavirus yang berbeda dengan yang pernah ditemukan pada manusia sebelumnya, berdasarkan data dari Centers for Disease Control and Prevention. Tes laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-Cov tersedia di Kementerian Kesehatan dan beberapa laboratorium internasional, namun tes tersebut bukan tes rutin.
 
Manifestasi Klinis
  • Beberapa gejala yang diakibatkan oleh koronavirus MERS adalah demam, batuk, napas yang pendek-pendek, serta munculnya pneumonia dalam beberapa kasus. MERS merupakan salah satu bentuk koronavirus yang masih misterius. Hingga saat ini peneliti masih mencari tahu bagaimana koronavirus baru ini bisa menginfeksi manusia.
  • Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-Cov berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan berat dengan gejala gejala demam, batuk, dan napas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal. Sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernapasan tingkat sedang.
  • Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
  • Awalnya tanda fisik tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.

Penyebaran Virus Corona
  • Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita. Penularan dari pasien yang terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati. Selain itu, cluster dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United Kingdom, Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigas
  • Data terbaru dari CDC menunjukkan bahwa MERS terbukti bisa ditularkan antar manusia. Meski begitu, tampaknya penyakit ini tak bisa menyebar sangat cepat seperti SARS pada tahun 2003. Virus MERS terus mendapatkan pengawasan ketat dari para ahli untuk berjaga-jaga jika virus ini berkembang menjadi ancaman yang semakin berbahaya.
  • Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012 hingga awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya.
  • Peneliti belum mengetahui secara pasti cara virus MERS ditularkan ke manusia, namun virus ini sudah ditemukan pada kelelawar dan unta.  Para pakar mengatakan unta kemungkinan besar menjadi binatang pembawa, yang kemudian menularkannya pada manusia.
  • Belum diketahui dengan jelas asal mula virus ini menyebar, namun, beberapa peneliti menduga bahwa penyebaran virus berasal dari salah satu jenis Kelelawar yang banyak ditemukan di kawasan Timur Tengah.
  • Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur Tengah.  Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang menginfeksi manusia. Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas Columbia, Universitas King Saud, dan EcoHealth Alliance.
  • Penyakit itu awalnya diyakini telah berpindah dari unta ke manusia, pertama kali tampaknya menular lewat kontak yang dekat dengan hewan-hewan itu. Akan tetapi akhir-akhir ini, para petugas kesehatan yang merawat penderita MERS juga jatuh sakit akibat virus itu.
  • Kesimpulan dicapai setelah para peneliti menemukan adanya kecocokan genetik 100 persen pada virus yang menginfeksi kelelawar jenis tersebut dengan manusia pertama yang terinfeksi.
  • Spekulasi lain yang terdapat di kalangan para peneliti menyebutkan bahwa selain Kelelawar, Unta juga diduga kuat berkaitan dengan asal mula dan penyebaran virus Corona, dimana ditemukan antibodi terhadap virus ini dalam tubuh hewan khas Timur Tengah itu.
  • Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering Kelelawar yang terinfeksi.
  • Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah menular antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan SARS.
Penanganan
  • Hingga saat ini belum ada vaksin yang spesifik dapat mencegah infeksi MERS-Cov. Selain itu, belum ditemukan juga metode pengobatan yang secara spesifik dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh MERS-Cov. Perawatan medis hanya bersifat supportive untuk meringankan gejala.
  • Pengobatan para penderita SARS biasanya dilakukan dengan perawatan intensif di rumah sakit, terutama jika terjadi sesak napas. Penderita akan ditempatkan di ruang isolasi agar tidak menyebarkan virus ke mana-mana.
  • Penderita yang dicurigai harus diisolasi, lebih baiknya di ruangan tekanan negatif, dengan kostum pengaman lengkap untuk segala kontak apapun dengan pasien.
  • Antibiotik masih belum efektif. Pengobatan hingga kini masih bergantung pada anti-pyretic, supplemen oksigen dan bantuan ventilasi.
  • Penggunaan steroid dan antiviral drug ribavirin, namun tidak ada bukti yang mendukung terapi ini. Sekarang banyak juru klinik yang mencurigai ribavirin tidak baik bagi kesehatan.
  • Ilmuwan kini sedang mencoba segala obat antiviral untuk penyakit lain seperti AIDS, hepatitis, influenza dan lainnya pada coronavirus.
  • Ada keuntungan dari penggunaan steroid dan immune system modulating agent lainnya pada pengobatan pasien yang parah karena beberapa bukti menunjukkan sebagian dari kerusakan serius yang disebabkan oleh reaksi yang berlebihan oleh sistem kekebalan tubuh terhadap virus. Penelitian masih berlanjut pada area ini.

Sabtu, 29 Maret 2014

LIDAH BUAYA



Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini mudah sekali ditemukan di sekitar kawasan Afrika. Tetapi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  pada zaman ini, pemanfaatan lidah buaya sudah  berkembang sebagai bahan baku industry farmasi dan kosmetika, dan juga sebagai bahan makanan dan minuman  kesehatan terutama.
Di Indonesia, tumbuhan lidah buaya ini pun sudah berkembang menjadi bahan makanan dan minuman.  Pemanfaatan yang sekarang sudah banyak digunakan itu karena pada tumbuhan lidah buaya  mengandung  semua jenis vitamin kecuali vitamin D. Vitamin- vitamin yang terkandung dalam tumbuhan tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu vitamin A, B1,B2, B3, B12, C, E, choline, inositol dan folat acid dan juga terdapat kandungan mineral antara lain terdiri dari: calcium (Ca), magnesium (Mg), potasium (K), sodium (Na), ferrit (Fe),zinc (Zn), dan cromium (Cr).
Beberapa unsur vitamin dan mineral tersebut dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E, magnesium, dan zinc. Kandungan asam aminonya antara lain terdiri dari lisin,histidin, arginin, asam aspartat, treonin, serin, asam glutamat, glisin, alannin, sistin,valin, metionin, isoleusin, tirosin, fenilalanin, leusin, dan prolin. Kandungan enzimnya antara lain enzim amylase, catalase, cellulase, dan carboxypeptidase. 
Bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang umum dimanfaatkan adalah :
a. daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk ekstrak,
b. eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental),secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan rambut,penyembuhan luka, dan sebagainya, dan
c. gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan), tersusun oleh 96% air dan 4% padatan yang terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat. Bersifat mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama.

Lidah buaya kaya akan manfaat dan khasiat bagi kesehatan maupun obat. Tanaman ini mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan maupun sebagai obat seperti Mannans Asetat, Polymannans, Antrakuinon dan berbagai Lektinmembuat. Maka jangan heran jika saat ini lidah buaya banyak di budidayakan sebagai tamanam obat serta sebagai bahan kosmetik kecantikan.
Bukan itu saja, tanaman tropis yang satu ini juga memiliki kandungan 72 jenis zat bermanfaat dan 200 senyawa penting lain. Diantara zat yang dikandung adalah sebagai berikut:
  • Mengandung Enzim yang bisa mencegah peradangan.
  • Mengandung Enzim yang dapat membantu pencernaan.
  • Mengandung hampir semua jenis vitamin kecuali vitamin D.
  • Mengandung 20 jenis dari 22 jenis Asam Amino.
  • Mengandung Saponin, yaitu berupa zat anti microba.
  • Kaya akan mineral yang dibutuhkan oleh enzim.
1.      Sebagai Detoksifikasi: Ternyata lidah buaya bisa bermanfaat untuk menetralisir racun yang masuk kedalam tubuh. Caranya pun cukup mudah, yaitu dengan cara membuat jus Lidah buaya.
2.      Mengatasi Stress: Karena kaya akan vitamin dan mineral, lidah buaya yang di olah sebagi jus juga bisa membantu tubuh mengatasi stress.
3.      Meningkatkan Imunitas atau Kekebalan tubuh: Selain kaya akan vitamin juga kaya akan anti oksidan yang tentunya mampu meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
4.      Menurunkan kadar gula penderita Diabetes: Tanaman ini juga berfungsi sebagai penurun kadar gula bagi penderita diabetes. Caranya cupu mudah, dengan mengkonsumsi 1/2 sendok jus lidah buaya diminum secara rutin selama 14 hari ternyata terbukti mampu menurunkan kadar gula sebanyak 45% bagi mereka yang menderita Diabetes.
5.      Mengobati ganguan pencernaan: Bagi yang mengalai gangguan pencernaan seperti iritasi pada usus, tukak lamubung, dan perut terasa panas bisa mengobatinya dengan lidah buaya. Selain itu juga bisa menenangkan Esofagus serta mengatasi Refluks asam.
6.      Mengobati luka bakar: Pada daun lidah buaya ketika di belah terdapat getah yang menyerupai Gel. Getah atau Gel tersebut ternyata sudah dikenal lama dan telah dugunakan selama bertahun-tahun untuk mengobati luka bakar.
7.      Mengatasi luka lebam dan luka dalam: Selain luka bakar, tanaman Aloe Vera ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengobati luka lebam akibat benturan dan juga luka dalam.
8.      Perawatan kulit: Seperti diketahui saat ini banyak produk kecantikan yang memanfaatkan tanaman ini. Ternyata memang sangat baik dalam menjaga kelembaban kulit, bisa untuk menghilangkan jerawat, menghilangkan bekas luka, detoksifikasi racun pada kulit, mengurangi peradangan dan iritasi kulit, serta mampu meperbaiki dan meremajakan kulit.
9.      Mengatasi ketombe, rambut rontok, dan kebotakan: Sudah bukan rahasia lagi, sejak dulu kala lidah buaya telah dikenal sebagai obat untuk mengatasi ketombe serta gatal pada kulit rambut. Selain itu juga bisa mencegah rambut rontok dan kebotakan. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mengoleskan lidah buaya pada rambut dan kulit kepala sambil di pijat-pijat. Selanjutnya diamkan kurang lebih selama 40 – 60 menit barulah dibilas dan dikramas hingga bersih.
10.  Menjaga kesehatan mulut: Manfaat lainya yaitu untuk menjaga kesehatan mulut. Baik pula bagi yang mengalami gusi yang tidak sehat dan semakin memburuk.